(18 Jul 2024 | 09:48)

Tuntas Toilet Training Pada Anak Pra Sekolah

     Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional, diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karena banyak hal, pengetahuan ibu yang kurang tentang melatih anak BAB dan BAK, pemakaian popok sekali pakai, hadirnya saudara baru dan masih banyak lainnya (Pusparini & Arifah, 2010). Didukung oleh survey yang dilakukan oleh tabloid Nakita menyebutkan setengah juta anak berusia 5-16 tahun masih suka ngompol, yang terdiri dari 17% anak berusia 5 tahun, 14% anak berusia 7  tahun, 9% anak berusia 9 tahun , dan 1-2% anak berusia 15 tahun, Sedangkan sekitar 30% anak berumur 4 tahun, 10% anak berumur 6 tahun, 3% anak berumur 12 tahun dan 1% anak berumur 18 tahun masih suka mengompol di tempat tidur. Terdapat juga sekitar 20% anak usia balita tidak melakukan toilet training  dan 75% orang tua tidak memandang kondisi seperti itu sebagai masalah.

     Dari penjelasan di atas, menggambarkan bahwa fenomena toilet training merupakan kemampuan yang sangat penting diberikan pada anak usia dini mengingat fakta menunjukkan bahwa orang tua di Indonesia banyak yang tidak menyadari pentingnya penanaman toilet training sejak dini. Ketuntasan toilet training masih dianggap akan terjadi dengan beriringnya waktu, padahal jika orang tua tidak memberikan pemahaman tentang pentingnya toilet training pada anak akan banyak kasus yang terjadi pada anak.

Faktanya, orang tua merasa ‘Nyaman’ jika anak memakai popok sekali pakai

     Popok sekali pakai memang sangat praktis bagi orang tua maupun pengasuh dikarenakan beberapa pertimbangan, diantaranya : hemat waktu, kebersihan si kecil, praktis dan lain sebagainya. Hal ini berdampak pada kurang terlatihnya kepekaan anak untuk buang air kecil dan buang air besar. Tentunya anak tetap akan merasa nyaman dan tidak menyadari bahwa ia baru saja buang air kecil. Lalu, bagaimana cara untuk menerapkan toilet training dengan tepat ?

  1. Kesabaran orang tua dalam mengajarkan proses

     Kesiapan anak untuk memahami tahap-tahap tentunya berbeda. Beberapa anak usia 15-18 bulan sudah dapat memahami ataupun mengekspresikan keinginannya ketika akan buang air kecil dan buang air besar. Untuk anak-anak di luar usia ini mungkin akan berbeda.

Dalam mengajarkan dibutuhkan waktu dan proses yang tidak instan. Banyak ‘kegagalan’ yang akan dialami, misalnya ketika anak menggunakan celana kain dalam kegiatannya sehari-hari. Besar kemungkinan anak akan buang air kecil dan buang air besar di sembarang tempat, sehingga orang tua akan lebih direpotkan untuk membersihkannya. Berikut cara mudah yang saya terapkan pada anak sesuai perkembangan usianya:

2. Penerapan untuk BAB (Buang Air Besar)

Ketika anak memasuki usia 8 bulan anak sudah dapat duduk. Biasakan untuk membawa anak ke kamar mandi ketika BAB. Sehingga ketika anak memasuki usia pra sekolah, anak dapat terbiasa untuk melakukan toileting. Kemungkinan besar anak belum dapat berbicara langsung, namun sejak lahir anak akan menunjukkan perubahan mimik muka ataupun gerakan tubuh. Hal tersebut adalah salah satu cara yang dapat digunakan orang tua untuk mengetahui ‘pesan’ yang dikomunikasikan anak bahwa ia ingin BAB.

  • Perhatikan perubahan mimik muka ataupun gerakan tubuh anak ketika akan BAB, misalnya tiba-tiba anak terdiam saat sedang beraktivitas; anak menjadi gelisah dan sulit untuk diam atau tenang.
  • Setelah melihat adanya perubahan tersebut, bawa anak ke kamar mandi. Dudukkan pada kloset. Usahakan jangan terburu-buru ataupun panik ketika membawa anak ke kamar mandi, agar anak tidak kaget dan takut. Apabila anak menjadi kaget dan takut karena sikap orang tua yang terlalu terburu-buru, akan mengakibatkan anak tidak jadi BAB.
  • Membiasakan anak untuk BAB di kloset di kamar mandi akan membuat anak belajar. Seiring waktu, anak akan mengkomunikasikan dengan caranya apabila ia ingin BAB, misalnya gerakan tubuh (meminta digendong ataupun ke luar dari kursi makannya) yang disertai suara tertentu.

 3. Penerapan untuk BAK (Buang Air Kecil) (mulai usia 15 bulan ke atas)

  • Bawa anak ke kamar mandi untuk BAK pada waktu-waktu tertentu; misalnya ketika anak baru bangun tidur di pagi hari, lepaskan dari nya dan ajak ke kamar mandi untuk BAK. Kemudian, cobalah ajak lagi anak ke kamar mandi untuk BAK 15 menit kemudian. Jika anak belum ingin BAK, jangan memaksanya, mundurkan siklusnya menjadi per 30 menit atau mungkin per 1 jam.
  • Gunakan celana kain yang mudah dilepas yang memudahkan anak atau orang tua untuk melepasnya. Hal ini akan mencegah anak malas untuk BAK di kamar mandi karena kesulitan melepaskan celananya.
  • Kebiasaan penggunaan celana kain akan melatih kepekaan anak akan perbedaan kenyamanan antara basah dan kering.
  • Jangan menekan anak apabila ia ‘gagal’ BAK di kamar mandi. Dalam proses , hal ini adalah wajar.
  • Berikan PUJIAN ataupun ekspresi yang gembira ketika anak berhasil BAK dan BAB di kamar mandi. Di usia ini kebanyakan anak sudah cukup dapat memahami instruksi sederhana maupun perbedaan ekspresi emosi yang ditunjukkan orang tuanya

3. Ajarkan Cara Membersihkan Alat Kelamin

Hal ini merupakan sesuatu yang penting yang harus diajarkan, karena kebersihan akan menjamin kesehatan dari tubuh balita. Jika ananda perempuan, ajarkan dia untuk membersihkan kelaminnya menggunakan tangan kiri yang dimulai dari arah depan vagina, baru ke bagian anus. Hal ini dilakukan agar kuman dari anus tidak berpindah ke vagina sehingga kesehatan organ reproduksi pada anakdapat terjamin. Berbeda dengan anak laki-laki,  ajarkan untuk mengarahkan penisnya ke bawah toilet agar air kencing yang keluar tidak terciprat pada bagian lain. Kemudian cucilah secara bersih.

Setelah BAK atau BAB, biasakan untuk selalu cuci tangan menggunakan sabun. Hal ini bertujuan untuk menghindari infeksi bakteri supaya tidak masuk ke dalam tubuh.

4. Kunci Terpenting : KONSISTEN !

Ketika mengajarkan anak mengenai toilet training, sikap konsistensi harus dijunjung tinggi. Sikap konsisten bunda ketika mengajarkan anak mampu mempercepat pemahaman serta keterampilan anak menggunakan toiletnya.

 

EFEK TUNTAS TOILET TRAINING

Ketuntasan toilet training tidak dapat diremehkan, karena banyak efek positif dan bersifat jangka panjang pada diri anak. Diantaranya yaitu :

  1. Melatih anak mengenal biology of sign (sinyal tubuh/tanda kebutuhan biologis) dalam hal ini ialah tanda saat ingin BAB dan BAK. Dengan diterapkan toilet training dengan tuntas, maka anak akan paham kondisi tubuh dan kapan waktu yang tepat ingin ke kamar mandi
  2. Mengajarkan anak untuk hidup bersih sejak dini. Seperti halnya islam menekankan dalam hal kebersihan, anak dikenalkan hidup bersih melalui Thaharah pada toilet training. Anak akan dapat merasakan kondisi kotor (saat BAK atau BAB di celana) dan mengenal kondisi bersih. Untuk kemudian anak mengenal najis dan bagaimana membersihkannya, adanya common sense pada diri anak untuk mengenal najis dan kebersihan.
  3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab sejak dini. Anak akan belajar untuk melayani dirinya dalam kegiatan toileting dan tumbuh rasa tanggung jawab untuk menentukan langkah dan berinisiatif jika merasakan ingin BAK atau BAB.
  4. Ukuran ketuntasan tugas perkembangan. Kegiatan toilet training erat kaitannya dengan ketuntasan tugas perkembangan dalam beberapa aspek, diantaranya :
  • Aspek motorik; kegiatan toilet training dapat menjadi ukuran ketuntasan tugas perkembangan yang dapat dilihat dari cara anak melepas dan memakai celana saat akan BAK dan BAB yang hal ini merupakan salah keterampilan motorik halus dan kasar berupa kekuatan tangan, jari, kaki (keseimbangan saat memakai celana) dsb.
  • Aspek sosial emosi; anak yang terbiasa melakukan toilet training  dengan tepat dapat mengendalikan diri mereka saat ingin BAK dan BAB. Saat merasa ingin BAK atau BAB banyak hal yang harus “diputus” atau pending terutama kegiatan bermain dan memilih untuk BAK.
  • Aspek kognitif; anak memiliki kemampuan pemahaman yang baik apa yang harus dilakukan saat merasakan sinyal ingin BAK dan BAB secara mandiri, hal ini berpengaruh pada tumbuhnya problem solving  pada diri anak.

Ayah bunda…betapa pentingnya kita mendampingi secara konsisten dalam menuntaskan toilet training anak agar anak-anak kita mampu melewati fase tugas perkembangan yang optimal. (pra)