Hampir semua orang tua pernah menghadapi situasi anak menangis, teriak-teriak, menendang-nendang, bahkan melakukan suatu hal yang tidak diinginkan baik di rumah atau di tempat umum karena keinginannya tidak tercapai atau kemauannya tidak dituruti, atau bahkan ketika usahanya gagal. Kejadian seperti ini disebut dengan tantrum. Lalu, apa sebenarnya tantrum itu ?
Tantrum adalah ledakan emosi tiba-tiba, biasanya banyak dilakukan oleh anak-anak atau mereka yang dibawah tekanan emosi yang tinggi. Biasanya diwujudkan dalam bentuk menangis, teriak, mencubit, melawan, menolak ditenangkan, memukul bahkan menggigit siapa saja yang sedang dihadapinya. Anak akan kehilangan kontrol diri dan mempengaruhi orang dewasa disekitarnya untuk mencapai ketenangan. Tantrum akan berkurang seiring berjalannya usia anak, dengan syarat orang tua membantu mengarahkan tantrum dengan baik.
MENGAPA ANAK TANTRUM ?
Anak adalah pengamat yang ulung, mereka tahu dengan cara marah, menangis sekeras-kerasnya, ayah/bunda akan merasa tidak nyaman dan akan segera menuruti kemauannya. Hal ini didapati anak saat pertama kali ayah bundanya menyelesaikan tantrumnya.
Jika melihat dari alasan mengapa anak tantrum, tentulah orang tua dapat menentukan sikap bagaimana menangani anak ketika tantrum. Lalu, apa yang harus dilakukan ?
Kunci dari terjadinya tantrum pada anak ialah, anak tidak mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, baik berupa benda, perhatian, atau ungkapan perasaan. Jika orang tua “kalah” dengan situasi anak saat mereka tantrum kemudian memberikan apa yang diminta, hal ini akan semakin membentuk dan menguatkan rasa dan sikap tantrumnya di kemudian hari dan anak akan belajar bahwa tantrum merupakan cara yang baik agar ia mendapatkan yang anak inginkan.
Jika tantrum berlanjut diatas usia 4 tahun, maka ada masalah yang perlu orang tua cari tahu lebih dalam. Apakah anak mempunyai masalah dengan teman atau guru di sekolah? ataukah mengalami tekanan lainnya yang tidak dapat ia ungkapkan. Menghadapi tantrum memang tidak mudah, orang tua perlu TTS : “TEGA,TEGAS dan SABAR” selain itu juga dibutuhkan proses yang konsisten. Semoga ayah bunda dimudahkan Allah dalam mendampingi ananda berproses. Aamiin.. (Pra)