(27 Dec 2024 | 13:20)

Mengenalkan Thaharah Melalui Penerapan Toilet Trainning Pada Anak Usia 3-4 Tahun Di KBTK Al-Hikmah Surabaya

      Ungkapan “Kebersihan sebagian dari iman”, mengandung arti betapa pentingnya kebersihan bagi kesehatan manusia baik perorangan, keluarga, masyarakat, maupun sendiri. Islam adalah agama yang sangat mengutamakan kesucian dan kebersihan, seseorang dan bahkan tidak sah dilakukan seseorang dalam keadaan kotor jiwa dan raganya. Dengan demikian kebersihan dalam islam sudah diatur dengan sedemikian rupa dalam Thaharah. Konsep tentang Thaharah atau bersuci mengandung arti membersihkan dan mensucikan dari segala kotoran atau noda dengan menggunakan air.

      Salah satu bentuk thaharah ialah dengan menerapkan toilet trainig. Toilet Trainning merupakan aspek penting dalam perkembangan anak, jadi apabila pemenuhan kebutuhan Toilet Trainning pada anak tidak baik, ini akan menghambat pertumbuhan anak. Suherman (2000) Toilet Trainning juga penting dalam perkembangan kepribadian anak, karena Toilet Trainning merupakan latihan moral pertama kali yang diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan moral selanjutnya.Dengan demikian, beberapa upaya yang guru lakukan dalam mengenalkan konsep Thaharah melalui penerapan toilet trainning pada anak usia 3-4 tahun. 

     Penerapan toilet training telah dilakukan di KBTK Al Hikmah. Kegiatan ini  merupakan hal yang penting terutama pada anak usia dini agar lebih mengenal kebersihan dan melatih mandiri. Dalam hal ini kemandirian anak tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan harus dibantu atau dibimbing oleh guru selama di sekolah dan oleh orangtua selama di rumah, baik untuk mengantar ke toilet dan membuka pakaian maupun menyiram toilet dan memncuci tangan.

     Faktor pendukung lainnya yaitu perang orangtua, karena waktu bersama orang tua di rumah jauh lebih banyak dibandingkan waktu di sekolah, selain upaya guru di sekolah dukungan orang tua tidak kalah pentingnya untuk kelancaran toilet trainning. Artinya, orang tua menerapkan disiplin terhadap pemanfaatan toilet sehingga apabila anak berada di rumah tetap merasakan bagaimana pelaksanaan toilet trainning di sekolah. Konsep thaharah yang sederhana selain membiasakan hidup bersih kepada anak, selain itu anak diajarkan tata cara atau adab pada saat akan ke kamar mandi/toilet yang dimulai dari membaca doa sebelum dan keluar kamar mandi/toilet.

     Pentingnya sikap orang tua dalam mendukung toilet trainning juga di dukung oleh pendapat Azwar (2008) yang menyatakan bahwa seorang anak akan mulai melakukan toilet training saat ibu atau orang tua mengajarkan bahwa buang air harus ditempatnya dan hal ini akan terus diingat oleh anak.

Faktor Penghambat dalam Pengenalan Konsep Thaharah Melalui Penerapan Toilet Trainning Pada Anak Usia 3-4 Tahun di KBTK Al-Hikmah Surabaya

    Secara spesifik faktor penghambat yang ditemui yaitu ketika awal tahun ajaran baru atau masa adaptasi di lingkungan sekolah. Anak dengan guru masih dalam masa pendekatan, sehimngga merasa malu atau takut untuk menyampaikan ke guru. Pembinaan atau pengarahan dari guru harus dilakukan dengan kesabaran, sehingga tidak adanya kekeliruan dalam penerapan toilet training bagi anak yang belum siap. Maka dari itu peran orang tua dalam mengenbangkan potensi anak sangat diperlukan untuk mengatasi setiap hambatan dalam pembelajaran.

Apa saja tanda kesiapan anak siap melakukan toilet training?

1. Kesiapan Fisik

Usia anak telah mencapai 18-24 bulan dan anak dapat jongkok kurang dari 2 jam, mempunyai kemampuan motoric kasar seperti duduk dan berjalan, jika fisik sudah siap akan lebih mudah untuk memberikan pelatihan toilet training pada anak.

2. Kesiapan Mental

Anak dapat mengenal rasa ingin berkemih (ingin kencing), dapat berkomunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa ingin berkemih, sudah baik dalam ketrampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan perilaku orang lain.

3. Kesiapan Psikologis

Anak dapat jongkok dan berdiri di toilet selama 5-10 menit tanpa berdiri dulu, anak mempunyai rasa ingin tahu dan penasaran terhadap kebiasaan orang dewasa dalam buang air kecil dan buang air besar dan merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat di celana dan ingin segera ganti.

4. Perhatian orang tua (Keluarga) dan Guru (Sekolah)

Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama yang memegang peranan besar dalam keberhasilan untuk mengenalkan dan mengajarkan kepada anak supaya memiliki kemampuan dalam toilet training. Kadangkala masalah toiletting kurang mendapatkan perhatian yang serius, dan adanya kecenderungan orang tua kurang melatih anak untuk dapat mandiri, sehingga anak selalu bergantung kepada orang lain.

Selain faktor-faktor diatas, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kemampuan taoilet trainning adalah komponen yang mendukung toilet training adalah:

1. Tersedianya Toilet yang Kondusif

Toilet sangat dibutuhkan untuk melatih toilet training karena orang tua akan memperkenalkan toilet dan penggunaan toilet kepada anak. Usahakan toilet bersih dan tidak licin agar tidak terjadi kecelakaan pada saat latihan dan berikan suasana nyaman agar anak tidak takut saat berada di toilet. Pastikan kloset dalam keadaan tertutup setelah pemakaian. Apabila menggunakan kloset jongkok, buat penutup dari papan yang kokoh untuk menghindari kaki anak kepleset masuk kedalam kloset.  

2. Pakaian untuk Pengajaran penggunaan toilet

Pakaian yang akan digunakan selama toilet training juga dapat menentukan keberhasilan toilet training. Hindari pakaian yang mempunyai gesper, kancing, resleting, tali, dan pengikat sulit lainnya. Hindari juga celana ketat, terusan, celana kodok, dan pakaian yang harus dimasukkan, yang berlapis, atau yang terlalu panjang. Gunakanlah, pakaian dengan ikat pinggang dari karet, pengikat Velcro, dan fitur lainnya yang membuat mudah untuk digunakan dan dilepaskan.

3. Komunikasi

Bicarakan dengan anak bahwa saat ini anak sudah siap  untuk mulai belajar latihan buang air besar dan buang air kecil. Komunikasikan semua proses pelatihan buang air kecil dan buang air besar agar anak dapat memahami sebelum latihan dilakukan, seperti membuka celana terlebih dahulu saat buang air kecil atau besar, jongkok atau duduk pada toilet yang sudah tersedia, kemudian membersihkan alat kelamin dan menyiram toilet yang sudah tersedia.

Apabila anak telah melakukan sesuatu seperti menggunakan toilet dengan baik, maka berilah pujian atau hadiah sederhana.

 KESIMPULAN

Upaya guru dalam pengenalan konsep thaharah melalui penerapan toilet training pada anak usia 3-4 tahun yaitu dengan membangun kedekatan pada anak, memberi arahan atau penjelasan pada anak mengenai kebersihan dan kemandirian, dengan praktek langsung mengenal toilet di sekolah dan pendekatan terhadap orang tua/kegiatan parenting.

Faktor pendukung dalam pengenalan konsep thaharah melalu penerapan toilet training di KBTK Al-Hikmah Surabaya adalah fasilitas toilet yang dekat dengan kelas dan jumlahnya cukup memadai yaitu 3 toilet di masing-masing lantai. Faktor penghambat mengenai kesiapan anak, yaitu kesiapan mental, fisik dan psikologi anak  yang harus dipahami oleh pendidik dan orang tua dan pengetahuan atau pemahaman pendidik dan orang tua mengenai penerapan toilet training.

Bagi orang tua, hendaknya dengan kesabaran, ketekunan serta kelapangan hati yang penuh, dalam memberikan pengenalan konsep thaharah secara umum serta latihan toilet trainer kepada anak. Sehingga anak mampu untuk lebih mandiri dalam toilet trainernya. Selain itu, orangtua hendaknya rutin menanyakan perkembangan anak nya dan dapat bekerja sama dengan guru untuk melanjutkan program dari sekolah untuk dilakukan di rumah dan aktif mengikuti kelas parenting yang di programkan sekolah. (Manda)