Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional, diperkirakan jumlah balita yang susah mengontrol BAB dan BAK di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Fenomena ini dipicu karena banyak hal, pengetahuan ibu yang kurang tentang melatih anak BAB dan BAK, pemakaian popok sekali pakai, hadirnya saudara baru dan masih banyak lainnya (Pusparini & Arifah, 2010). Didukung oleh survey yang dilakukan oleh tabloid Nakita menyebutkan setengah juta anak berusia 5-16 tahun masih suka ngompol, yang terdiri dari 17% anak berusia 5 tahun, 14% anak berusia 7 tahun, 9% anak berusia 9 tahun , dan 1-2% anak berusia 15 tahun, Sedangkan sekitar 30% anak berumur 4 tahun, 10% anak berumur 6 tahun, 3% anak berumur 12 tahun dan 1% anak berumur 18 tahun masih suka mengompol di tempat tidur. Terdapat juga sekitar 20% anak usia balita tidak melakukan toilet training dan 75% orang tua tidak memandang kondisi seperti itu sebagai masalah.
Dari penjelasan di atas, menggambarkan bahwa fenomena toilet training merupakan kemampuan yang sangat penting diberikan pada anak usia dini mengingat fakta menunjukkan bahwa orang tua di Indonesia banyak yang tidak menyadari pentingnya penanaman toilet training sejak dini. Ketuntasan toilet training masih dianggap akan terjadi dengan beriringnya waktu, padahal jika orang tua tidak memberikan pemahaman tentang pentingnya toilet training pada anak akan banyak kasus yang terjadi pada anak.
Faktanya, orang tua merasa ‘Nyaman’ jika anak memakai popok sekali pakai
Popok sekali pakai memang sangat praktis bagi orang tua maupun pengasuh dikarenakan beberapa pertimbangan, diantaranya : hemat waktu, kebersihan si kecil, praktis dan lain sebagainya. Hal ini berdampak pada kurang terlatihnya kepekaan anak untuk buang air kecil dan buang air besar. Tentunya anak tetap akan merasa nyaman dan tidak menyadari bahwa ia baru saja buang air kecil. Lalu, bagaimana cara untuk menerapkan toilet training dengan tepat ?
Kesiapan anak untuk memahami tahap-tahap tentunya berbeda. Beberapa anak usia 15-18 bulan sudah dapat memahami ataupun mengekspresikan keinginannya ketika akan buang air kecil dan buang air besar. Untuk anak-anak di luar usia ini mungkin akan berbeda.
Dalam mengajarkan dibutuhkan waktu dan proses yang tidak instan. Banyak ‘kegagalan’ yang akan dialami, misalnya ketika anak menggunakan celana kain dalam kegiatannya sehari-hari. Besar kemungkinan anak akan buang air kecil dan buang air besar di sembarang tempat, sehingga orang tua akan lebih direpotkan untuk membersihkannya. Berikut cara mudah yang saya terapkan pada anak sesuai perkembangan usianya:
2. Penerapan untuk BAB (Buang Air Besar)
Ketika anak memasuki usia 8 bulan anak sudah dapat duduk. Biasakan untuk membawa anak ke kamar mandi ketika BAB. Sehingga ketika anak memasuki usia pra sekolah, anak dapat terbiasa untuk melakukan toileting. Kemungkinan besar anak belum dapat berbicara langsung, namun sejak lahir anak akan menunjukkan perubahan mimik muka ataupun gerakan tubuh. Hal tersebut adalah salah satu cara yang dapat digunakan orang tua untuk mengetahui ‘pesan’ yang dikomunikasikan anak bahwa ia ingin BAB.
3. Penerapan untuk BAK (Buang Air Kecil) (mulai usia 15 bulan ke atas)
3. Ajarkan Cara Membersihkan Alat Kelamin
Hal ini merupakan sesuatu yang penting yang harus diajarkan, karena kebersihan akan menjamin kesehatan dari tubuh balita. Jika ananda perempuan, ajarkan dia untuk membersihkan kelaminnya menggunakan tangan kiri yang dimulai dari arah depan vagina, baru ke bagian anus. Hal ini dilakukan agar kuman dari anus tidak berpindah ke vagina sehingga kesehatan organ reproduksi pada anakdapat terjamin. Berbeda dengan anak laki-laki, ajarkan untuk mengarahkan penisnya ke bawah toilet agar air kencing yang keluar tidak terciprat pada bagian lain. Kemudian cucilah secara bersih.
Setelah BAK atau BAB, biasakan untuk selalu cuci tangan menggunakan sabun. Hal ini bertujuan untuk menghindari infeksi bakteri supaya tidak masuk ke dalam tubuh.
4. Kunci Terpenting : KONSISTEN !
Ketika mengajarkan anak mengenai toilet training, sikap konsistensi harus dijunjung tinggi. Sikap konsisten bunda ketika mengajarkan anak mampu mempercepat pemahaman serta keterampilan anak menggunakan toiletnya.
EFEK TUNTAS TOILET TRAINING
Ketuntasan toilet training tidak dapat diremehkan, karena banyak efek positif dan bersifat jangka panjang pada diri anak. Diantaranya yaitu :
Ayah bunda…betapa pentingnya kita mendampingi secara konsisten dalam menuntaskan toilet training anak agar anak-anak kita mampu melewati fase tugas perkembangan yang optimal. (pra)